Rabu, 14 September 2011

Tehnik Menghitung Bahan Las Listrik

Salah satu tugas sales engineer adalah membantu langganan menghitung jumlah kebutuhan kawat las dari suatu proyek. Kenapa ini menjadi penting ? Karena kadang kala, waktu yang diberikan oleh pemilik proyek kepada para kontraktor untuk mengajukan penawaran sangat pendek.
Untuk bisa membantu langganan menghitung jumlah kebutuhan kawat las, maka seorang sales engineer harus bisa :
1. Membaca Gambar Teknik
2. Mengerti Kode pengelasan
3. Mengerti Cara menghitung Kebutuhan Kawat Las

MENGHITUNG BERAT LOGAM LAS PER METER 




Untuk Menghitung Berat Logam Las persatuan panjang ( Meter ) yang perlu kita ketahui adalah :
1. Luas area ( A )
2. Panjang Las ( L )
3. Tebal Logam Las (T )

Untuk kasus pada gambar diatas, maka kita dapat hitung :
Luas Permukaan ( A ) = ½ x 8 x 8 mm = 32 mm2

Volume Las utk 1 meter panjang las ( V ) = A x L = 32 mm x 1000 mm = 32.000 mm3 = 32 cm3

Jadi,
Jika Berat Jenis Mild Steel = 7,85 gr/cm3, Maka
Berat Logam Las untuk 1 meter = 32 x 7,85 = 251,2 gram = 0,251Kg/Mtr.
Cara hitung ini berlaku untuk bentuk – bentuk sambungan seperti : U type, Double V type atau butt joint tanpa groove.
Hitungan diatas berlaku untuk sambungan tanpa Reinforcement. Jika ada Reinforcement, maka jumlah kawat las ditambah sekitar 3%.

MENGHITUNG KEBUTUHAN KAWAT LAS
Untuk menghitung kawat las yang diperlukan digunakan rumus :

G ( Jumlah Kawat Las ) = GL x P / DE

GL = Berat Logam Las per Satuan Panjang ( Meter )
P = Jumlah Panjang Sambungan Las
DE = Deposition Efficiency

Apa sih Deposition Efficiency itu ?????? 
Deposition Effisiensi adalah perbandingan antara Jumlah Logam Las yang dihasilkan dengan Jumlah kawat las yang dipakai dan dinyatakan dalam persen.

DE = Berat Logam Las ( Weld Metal ) / Berat Kawat Las yang dipakai ( Electrode Used )

Biasanya, data Deposition Efficiency ini dikeluarkan oleh masing-masing perusahaan pembuat kawat las, namun secara rata-rata nilai rata-rata ( Average Value ) Deposition Efficiency untuk masing-masing proses pengelasan adalah sebagai berikut:

Proses Pengelasan % Deposition Eff 
SAW 99%
GMAW (98%Ar, 2% O2 ) 98%
GMAW (75% Ar, 25%CO2 ) 96%
GMAW ( 99,99% CO2 ) 93 %
Metal Core Wire 93%
FCAW ( Gas-Shielded ) 86%
FCAW ( Self Shielded ) 78%
SMAW ( Panjang 300 mm ) 59%
SMAW ( Panjang 350 mm ) 62%
SMAW ( Panjang 450 mm ) 66%

Catatan :
Untuk Process SMAW, sisa electrode yang terbuang 5 cm/Batang.
Jika kita kembalikan ke kasus diatas,
Berat Logam Las per Meter adalah : 0,251 Kg/Meter
Panjang las nya = 1000 m
Jumlah Logam las = 0,251 x 1000 = 251 Kg.

Jumlah kawat las yang harus dipesan sesuai dengan proses pengelasan yang dipakai adalah sebagai berikut :
Proses Pengelasan Kawat Las yang 
Dipesan ( Kg ) 
SAW 253 Kg
GMAW (98%Ar, 2% O2 ) 256 Kg
GMAW (75% Ar, 25%CO2 ) 261 Kg
GMAW ( 99,99% CO2 ) 270 Kg
Metal Core Wire 270 Kg
FCAW ( Gas-Shielded ) 292 Kg
FCAW ( Self Shielded ) 322 Kg
SMAW ( Panjang 300 mm ) 425 Kg
SMAW ( Panjang 350 mm ) 404 Kg
SMAW ( Panjang 450 mm ) 380 Kg

Catatan :
Untuk Process SMAW, sisa electrode yang terbuang 5 cm/Batang.










Tehnik Sederhana Las Listrik

Iseng pagi-pagi nyari artikel cara membuat rangkaian las listrik, ternyata yang ketemu adalahteknik las listrik. Namun tidak ada salahnya jika saya posting disini dan memberi tahu anda semua tentang teknik las listrik ini kan! Mari kita simak 

Teknik Pengelasan (welding) Bag. 1
Pengelasan (welding) adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam penambah dan menghasilkan sambungan yang kontinyu. Lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam kontruksi sangat luas, meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran dan sebagainya. Disamping untuk pembuatan, proses las dapat juga dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi nlubang-lubang pada coran. Membuat lapisan las pada perkakas mempertebal bagian-bagian yang sudah aus, dan macam –macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari kontruksi, tetapi hanya merupakan sarana untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan las dan cara pengelasan harus betul-betul memperhatikan dan memperlihatkan kesesuaian antara sifat-sifat lasdengan kegunaan kontruksi serta kegunaan disekitarnya. Prosedur pengelasan kelihatannya sangat sederhana, tetapi sebenarnya didalamnya banyak masalah-masalah yang harus diatasi dimana pemecahannya memerlukan bermacam-macam penngetahuan. Karena itu didalam pengelasan, penngetahuan harus turut serta mendampingi praktek, secara lebih bterperinci dapat dikatakan bahwa perancangan kontruksi bangunan dan mesin dengan sambungan las, harus direncanakan pula tentang cara-cara pengelasan. Cara ini pemeriksaan, bahan las, dan jenis las yang akan digunakan, berdasarkan fungsi dari bagian-bagian bangunan atau mesin yang dirancang. Berdasarkan definisi dari DIN (Deutch Industrie Normen) las adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Dari definisi tersebut dapat dijabarkan lebih lanjut bahwa las adalah sambungan setempat dari beberapa batang logam dengan menggunakan energi panas. Pada waktu ini telah dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan termasuk pengelasan yang dilaksanakan dengan cara menekan dua logam yang disambung sehingga terjadi ikatan antara atom-atom molekul dari logam yang disambungkan.klasifikasi dari cara-cara pengelasan ini akan diterangkan lebih lanjut. Pada waktu ini pengelasan dan pemotongan merupakan pengelasan pengerjaan yang amat penting dalam teknologi produksi dengan bahan baku logam. Dari pertama perkembangannya sangat pesat telah banyak teknologi baru yang ditemukan. Sehingga boleh dikatakan hamper tidak ada logam yang dapat dipotong dan di las dengan cara-cara yang ada pada waktu ini. Dalam bab ini akan diterangkan beberapa cara penngelasan dan pemotongan yang telah banyak digunakan sedangkan penerapannya dalam praktek akan diterangkan dalam bab-bab yang lain.

KLASIFIKASI CARA-CARA PENGELASAN DAN PEMOTONGAN 
Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena perlu adanya kesepakatan dalam hal-hal tersebut. Secara konvensional cara-cara pengklasifikasi tersebut vpada waktu ini dapat dibagi dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan kerja dan klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya. Sedangkan klasifikasi yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila diadakan pengklasifikasian yang lebih terperinci lagi, maka kedua klasifikasi tersebut diatas dibaur dan akan terbentuk kelompok-kelompok yang banyak sekali. Diantara kedua cara klasifikasi tersebut diatas kelihatannya klasifikasi cara kerja lebih banyak digunakan karena itu pengklasifikasian yang diterangkan dalam bab ini juga berdasarkan cara kerja. Berdasrkan klasifikasi ini pengelasan dapat dibagi dalam tiga kelas utama yaitu : pengelasan cair, pengelasan tekan dan pematrian.
1. Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas yang terbakar.
2. pengelasan tekan adalah pcara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
3. pematrian adalah cara pengelasan diman sambungan diikat dan disatukan denngan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair. Pemotongan yang dibahas dalam buku ini adalah cara memotong logam yang didasarkan atas mencairkan logam yang dipotong. Cara yang banyak digunakan dalam pengelasan adalah pemotongan dengan gas oksigen dan pemotongan dengan busur listrik. Pengelasan yang paling banyak ndigunakan pada waktu ini adalah pengelasan cair dengan busur gas. Karena itu kedua cara tersebut yaitu las busur listrik dan las gas akan dibahas secara terpisah. Sedangkan cara-cara penngelasan yang lain akan dikelompokkan dalam satu pokok bahasan. Pemotongan, karena merupakan masalah tersendiri maka pembahasannya juga dilakukan secara terpisah.

A. LAS BUSUR LISTRIK 
Las busur listrik atau pada umumnya disebut las listrik termasuk suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Jadi surnber panas pada las listrik ditimbulkan oleh busur api arus listrik, antara elektroda las dan benda kerja. Benda kerja merupakan bagian dari rangkaian aliran arus listrik las. Elektroda mencair bersama-sama dengan benda kerja akibat dari busur api arus listriik. Gerakan busur api diatur sedemikian rupa, sehingga benda kerja dan elektroda yang mencair, setelah dingin dapat menjadi satu bagian yang sukar dipisahkan. Jenis sambungan dengan las listrik ini merupakan sambungan tetap.
Penggolongan macam proses las listrik antara lain, ialah : 

1. Las listrik dengan Elektroda Karbon, misalnya : aLas listrik dengan elektroda karbon tunggal bLas listrik dengan elektroda karbon ganda. 

Pad alas listrik dengan elektroda karbon, maka busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda karbon dan logam atau diantara dua ujung elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fliksi.
1. Las Listrik dengan Elektroda Logam, misalnya :
1. Las listrik dengan elektroda berselaput,
2. Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas),
3. Las listrik submerged.
a. Las listrik dengan elektroda berselaput
Las listrik ini menggunakan elektroda berelaput sebagai bahan tambahan.

Busur listrik yang terjadi di antara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagaian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut terbakar akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elekroda kawah las, busur listrik terhadap pengaruh udara luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan memutupi permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar.
Perbedaan suhu busur listrik tergantung pada tempat titik pengukuran, missal pada ujung elektroda bersuhu 3400° C, tetapi pada benda kerja dapat mencapai suhu 4000° C.

a. Las Listrik TIG
Las listrik TIG (Tungsten Inert Gas = Tungsten Gas Mulia) menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar merupakan sumber panas, untuk pengelasan. Titik cair elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai 3410° C, sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik.
Tangkai listrik dilengkapi dengan nosel keramik untuk penyembur gas pelindung yang melindungi daerah las dari luar pada saat pengelasan.
Sebagian bahan tambah dipakai elektroda tampa selaput yang digerakkan dan didekatkan ke busur yang terjadi antara elektroda wolfram dengan bahan dasar.
Sebagi gas pelindung dipakai argin, helium atau campuran dari kedua gas tersebut yang pemakainnya tergantung dari jenis logam yang akan dilas.
Tangkai las TIG biasanya didinginkan dengn air yang bersirkulasi.

Pembakar las TIG terdiri dari :


Las listrik submerged yang umumnya otomatis atau semi otomatis menggunakan fluksi serbuk untuk pelindung dari pengaruh udara luar. Busur listrik di antara ujung elektroda dan bahan dasar di dalam timnunan fluksi sehingga tidak terjadi sinar las keluar seperti biasanya pada las listrik lainya. Operator las tidak perlu menggunakan kaca pelindung mata (helm las).
Pada waktu pengelasan, fluksi serbuk akan mencir dan membeku dan menutup lapian las. Sebagian fluksi serbuk yang tidak mencair dapat dipakai lagi setelah dibersihkan dari terak-terak las.
Elektora yang merupakan kawat tampa selaput berbentuk gulungan (roll) digerakan maju oleh pasangan roda gigi yang diputar oleh motor listrik ean dapat diatur kecepatannya sesuai dengan kebutuhan pengelasan.

d. Las Listrik MIG
Seperti halnya pad alas listrik TIG, pad alas listrik MIG juga panas ditimbulkan oleh busur listrik antara dua electron dan bahan dasar.
Elektroda merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai las dilengkapi dengan nosel logam untuk menghubungkan gas pelindung yang dialirkan dari botol gas melalui slang gas.
Gas yang dipakai adalah CO2 untuk pengelasan baja lunak dan baja. Argon atau campuran argon dan helium untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Proses pengelasan MIG ini dadpat secara semi otomatik atau otomatik. Semi otomatik dimaksudkan pengelasan secara manual, sedangkan otomatik adalah pengelasan yang seluruhnya dilaksanakan secara otomatik.
Elektroda keluar melalui tangkai bersama-sama dengan gas pelindung.

B. Arus Listrik
Pada arus ini, elektron-elektron bergerak sepanjang penghantar hanya dalam satu arah.
Arah aliran arus bolak-balik merupakan gelombang sinusoide yang memotong garis nol pada interval waktu 1/ 100 detik untuk mesin dengan frekuensi 50 hertz (Hz). Tiap siklus gelombang terdiri dari setengah gelombang positif dan setenngah gelombang negative. Arus bolak-balik dapat diubah menjadi arus searah dengan menggunakan pengubah arus (rectifier/adaftor).

Peluang Kerja & Usaha Praktis : Las Listrik & Gas

http://dl.glitter-graphics.net/pub/708/708291ei4phe8la9.gif

Bingung cari bengkel  las listrik???
   Hampir disetiap sudut kota tentu ada bengkel las listrik,bahkan dikampung sekalipun telah banyak berdiri bengkel las listrik.
Kadang membikin bingung untuk menentukan mana yang terbaik yang dapat dipercaya
untuk mengerjakan jasa yang bapak/ibu tawarkan.
Karena tiap - tiap bengkel las listrik tentu menawarkan penawaran semenarik mungkin.
   Tapi mungkin hanya satu bengkel las lsitrik yang berani memberikan G A R A N S I untuk anda.

   Karena bengkel kami di bantu oleh tenaga - tenaga yang sudah berpengalaman di bidangnya,
serta didukung oleh peralatan perbengkelan yang memadai. Sehingga menjamin hasil yang memuaskan.
   Bengkel kami biasa mengerjakan berbagai pekerjaan besi, diantaranya:
Pagar dan Pintu Gerbang
Teralis Jendela
Canopy
Anti Maling
Railing Tangga
Tangga Putar
Konstruksi Baja
dll

Dasar- Dasar Pengelasan Listrik & Gas

Pengelasan dengan gas atau Las Listrik adalah proses pengelasan dimana digunakan campuran gas sebagai sumber panas. Nyala gas atau Las Listrik yang banyak digunakan adalah gas alam, asetilen dan hidrogen yang dicampur dengan oksigen.

Pengelasan OksiasetilenDalam proses Kerja Las Gas ini digunakan campuran gas oksigen dengan gas asetilen. Suhu nyalanya Las bisa mencapai 3500 oC. Pengelasan bisa dilakukan dengan atau tanpa logam pengisi. Oksigen berasal dari proses hidrolisa atau pencairan udara. Oksigen disimpan dalam silinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen (C2H2) dihasilkan oleh reaksi kalsium karbida dengan air dengan reaksi sebagai berikut :Tabung asetilen dan oksigen untuk pengelasan oksiasetilenSkema nyala las oksiasetilen dan sambungan gasnyaPada nyala gas oksiasetilen bisa diperoleh 3 jenis nyala yaitu nyala netral, reduksi dan oksidasi.Pada nyala netral kerucut nyala bagian dalam pada ujung nyala memerlukan perbandingan oksigen dan asetilen kira-kira 1 : 1 dengan reaksi serti yang bisa dilihat pada gambar. Selubung luar berwarna kebiru-biruan adalah reaksi gas CO atau H2 dengan oksigen yang diambil dari udara dan Bengkel Las yang biasa di lakukan di Bengkel Las.Kerja Las Gas Nyala reduksi terjadi apabila terdapat kelebihan asetilen dan pada nyala akan dijumpai tiga daerah dimana antara kerucut nyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan. Nyala jenis ini digunakan untuk pengelasan logam Monel, Nikel, berbagai jenis baja dan bermacam-macam bahan pengerasan permukaan nonferrous dan Bengkel Las Listrik & Kerja Las Listrik .Nyala oksidasi adalah apabila terdapat kelebihan gas oksigen yang ada di Bengkel Las Listrik & Kerja Las Listrik. Nyalanya mirip dengan nyala netral hanya kerucut nyala bagian dalam lebih pendek dan selubung luar lebih jelas warnanya.Nyala oksidasi digunakan untuk pengelasan Las kuningan dan perunggu.Asyari Daryus – Proses Produksi

Kursus Kilat : Las Pagar & Pintu Besi